Tugas Hasil Hutan Non Kayu
“ DAMAR, PINUS & AGATHIS”
OLEH :
ST. MUZDALIFAH BUDDINI
DIB5 09 093
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
“ DAMAR, PINUS & AGATHIS ”
A. DAMAR
Damar merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dikenal, yaitu suatu getah yang merupakan senyawa polysacarida yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon hutan tertentu. Sampai saat ini damar cukup banyak digunakan orang antara lain untuk bahan vernis, bahan penolong dalam pembuatan perahu dan yang terpenting adalah sebagai pembungkus kabel laut/ tanah. Damar dihasilkan oleh jenis-jenis pohon dari genus: Hopea, Balonocarpus, Vatica, Canoriurn, dan Agathis.
A.1. Klasifikasi Damar
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Theales
Famili: Dipterocarpaceae
Genus: Shorea
Spesies: Shorea hopea
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Theales
Famili: Dipterocarpaceae
Genus: Shorea
Spesies: Shorea hopea
A.2. Sejarah Damar/Resin
Resin, cairan getah lengket yang dipanen dari beberapa jenis pohon hutan, merupakan produk dagang tertua dari hutan alam Asia Tenggara. Spesimen resin dapat ditemukan di situs-situs prasejarah, membuktikan bahwa kegiatan pengumpulan hasil hutan sudah sejak lama dilakukan. Hutan-hutan alam Indonesia menghasilkan berbagai jenis resin. Terpentin (resin Pinus) dan kopal (resin Agathis) pernah menjadi resin bernilai ekonomi yang diperdagangkan dari Indonesia sebelum Perang Dunia II.
Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Biasanya, damar dianggap sebagai resin yang bermutu rendah dibanding kopal atau terpentin.
Ada dua macam damar yang dikenal umum, dengan kualitas yang jauh berbeda. Pertama adalah damar batu, yaitu damar bermutu rendah berwarna coklat kehitaman, yang keluar dengan sendirinya dari pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan besar yang jatuh dari kulit pohon dapat dikumpulkan dengan menggali tanah di sekeliling pohon. Di seputar pohon-pohon penghasil yang tua biasanya terdapat banyak sekali damar batu. Kedua, adalah damar mata kucing; yaitu damar yang bening atau kekuningan yang bermutu tinggi, sebanding dengan kopal, yang dipanen dengan cara melukai kulit pohon. Sekitar 40 spesies dari genus Shorea dan Hopea menghasilkan damar mata kucing, di antaranya yang terbaik adalah Shorea javanica dan Hopea dryobalanoides.
A.3. Manfaat Damar
Tak banyak yang tahu tentang damar. Padahal, dari pohon damar bisa diambil banyak manfaat. Kayu pohon damar bisa dipakai untuk perahu boat. Kekuatannya tangguh, tapi memiliki bobot yang ringan. Batangnya yang tegak lurus itulah membuat kayu dari pohon damar pun banyak yang lurus-lurus. Sedangkan daunnya lebar, lonjong tapi pipih. Biasa kayu pohon damar juga dijadikan bahan pembuat kertas, alat rumahtangga, alat musik dan alat olahraga. Dalam bahasa ahli bangunan, kualitas kayu pohon damar termasuk kualitas IV, dan kekuatannya kelas III. Sedangkan getahnya bisa diambil untuk bahan cat, kosmetik, plastik, vernis, bahkan korek api. Tumbuhnya damar ada Sebagian besar tumbuh di hutan primer. Itu antara lain banyak ditemukan di kawasan hutan Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian Jaya. Memiliki rata-rata ketinggian 50 meter, diameternya rata-rata 2 meter. Yang paling diburu orang dari damar adalah getahnya. Getah damar ini mengandung unsur kimia resin yang juga bisa berkasiat untuk obat gosok. Selain itu juga bisa dipakai untuk bahan pengawet binatang bahkan tumbuh-tumbuhan.
Ada beberapa jenis getah damar yang menjadi buruan orang, yakni damar mata kucing, damar batu, damar hitam dari jenis meranti, juga damar resak. Saat ini, jenis-jenis itu yang banyak dimanfaatkan orang adalah jenis damar batu dan mata kucing yang merupakan salah satu produk andalan ekspor Lampung.
A.4. Penyadapan Damar
Penyadapan damar dilakukan dengan cara membuat beberapa buah lubang sadap pada batang pohon dalam bentuk segitiga dan disusun secara vertical (arah keatas) maupun secara vertical (arah ke samping). Variatifnya jumlah produksi suatu getah dammar disebabkan oleh sebab belum seragamnya cara penyadapan, terutama dalam jumlah, ukuran dan kedalaman lubang sadap yang dibuat pada setiap pohon berdiameter tertentu. Bahkan tidak jarang dijumpai jumlah lubang sadap dan kedalaman yang berlebihan yang tidak sesuai dengan batang pohon yang disadap. Cara penyadapan yang demikian tentunya tidak akan memberikan hasil dammar yang optimal, disamping itu pohonakan terganggu pertumbuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya perbaikan cara dalam menyadap dammar. Tujuan dari penyadapan dammar adalah membuka saluran damar sehingga damar keluar dari Pohon . Makin besar dan makin banyak jumlah lubang sadap, maka makin banyak jumlah damar yang keluar dari batang pohon. Tetapi konsekuensinya, bila luka pohon terlalu banyak maka daya tumbuh pohon akan terganggu sehingga pohon hidup merana atau bahkan menjadi tumbang. Dengan demikian perbaikan cara penyadapan yang dimaksudkan disini adalah penyadapan dengan jumlah lubang sadap yang tidak terlalu banyak. Tetapi mampu meningkatkan produksi pada setiap lubang sadap. Ada beberapa alternatif cara penyadapan yang dapat meningkatkan produksi yaitu Melalui perlakuan perangsangan baik secara fisik maupun kimia.
A.4.1 Peralatan yang Umum Digunakan Dalam Menyadap Damar
Peralatan yang digunakan untuk menyadap getah damar pada umumnya terbuat dari bahan - bahan yang merupakan produk hasil hutan seperti rotan dan bagian pohon aren. Jenis dan kegunaan peralatan penyadapan getah adalah sebagai berikut :
1. Pisau Sadap
Pisau sadap atau biasa disebut kapak patil merupakan kapak kecil yang berbentuk menyerupai hurup T dengan lebar mata pisau sekitar 3 cm dan dapat dilepas serta dipasang dari gagangnya. Gagang kapak terbuat dari kayu dengan panjang kira-kira 15 cm. Mata pisau dan gagangnya dipasang dengan cara diikat menggunakan tali yang terbuat dari rotan. Kapak Patil berfungsi untuk membuat takik/lubang sadap, mengorek dan mengambil hasil damar, serta membuka/memperbarui luka sadap (menghuring).
2. Wadah Penampung Getah Damar
Wadah penampung getah damar atau disebut tembilung merupakan wadah yeng berbentuk kerucut dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 em. terbuat dari seludang/ pelepah aren atau keranjang berbentuk selinder yang terbuat dari anyaman kulit rotan. Alat ini digunakan untuk menampung damar yang baru dipungut dari lubang sadap.
3. TaliPemanjat
Tali pemanjat atau ambon/alit terbuat dari anyaman kulit rotan atau batang rotan berdiameter kecil yang panjangnya sekitar 3- 4 meter. Alat ini berfungsi untuk memanjat dan menyangga/menahan tubuh penyadap sewaktu menyadap dan memperbarui lubang sadap.
4. Keranjang Angkut
Keranjang angkut atau babalang merupakan wadah damar seperti keranjang berbentuk bulat panjang dan terbuat dari anyaman rotan dan dilengkapi dengan tali yang terbuat dari kulit kayu agar keranjang dapat digendong seperti ransel. Alat ini dapat memuat sekitar 60 - 75 kg darnar.
A.4.2. Cara Penyadapan Dan Pengumpulan Getah
Pohon damar mulai disadap pada umur ± 20 tahun atau apabila diameter batangnya telah mencapai 25 cm. Sebelum penyadapan dilaksanakan. kulit batang pnhon damar yang akan disadap dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dikerik, agar di sekitar lubang sadap yang akan dibuat bebas dari kotoran atau tatal kayu yang mungkin akan mengotori getah/resin yang keluar. Setelah pembersihan kulit batang selesai, kemudian dilakukan penyadapan yaitu dengan membuat luka/lubang berbentuk segitiga pada kulit batang, dengan posisi lubang sadap pertama berada sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Ukuran lebar lubang sadap pertama/ muda yang dibuat adalah sekitar 3 cm (tergantung dari lebar mata pisau dari kapak parit yang digunakan) dengan kedalam setebal kulit batang atau sampai batas kambium (sekitar 2 - 2,5 cm). Jumlah lubang yang dibuat pada batang pohon yang baru pertama kali disadap (diameter batang sekitar 25 cm) biasanya sebanyak 2 - 4 tempat yang disusun berderet ke atas dalam satu jalur, dengan jarak antar luka sadap dalam jalur vertikal sekitar 40 Cm. Ukuran lebar lubang sadap akan bertambah besar seiring dengan seringnya batang pohon disadap. Selain itu jumlah lubang dan jalur sadap akan bertambah pula sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter batang pohon yang disadap. Jumlah jalur sadap pada pohon dengan diameter batang 60 - 30 cm adalah sebanyak 4 - 5 buah, dengan jumlah lubang sadap setiap jalur sebanyak 9 – 11 lubang. Beberapa saat setelah kulit batang disadap getah akan keluar, dan getah dibiarkan mengalir dan terkumpul di dalam lubang sadap hingga mengering. Setelah getah dammar mengering kemudian damar dipanen/dikumpulkan. Periode pemanenan getah biasanya sekitar dia minggu sampai satu bulan setelah penyadapan. Cara pemanenan atau pengumpulan getah dari lubang sadap adalah dengan mengeluarkan/mengorek damar dari lubang sadap menggunakan kapak patil. kemudian ditampung ke dalam tembilung. Setelah semua getah dalam lubang sadap terkumpul dalam tembilung, lubang sadap dibersihkan dari sisa-sisa getah yang mengering dan selanjutnya dilakukan pembaruan luka sadap. Pembaruan luka sadap dilaksanakan dengan membuang/menyayat beberapa milimeter kulit batang dari tepi lubang sadap sebelumnya. Pengumpulan getah dari lubang sedap yang tinggi (tidak terjangkau lagi oleh tangan penyedap) dilakukan dengan cara memanjat pohon dengan menggunakan bantuan alit yang dililitkan pada batang pohon dan tubuh penyadap. Setelah semua damar dalam satu pohon yang dipanen tertampung dalam tembilung, kemudian dimasukkan ke dalam babalang untuk selanjutnya diangkut ketempat pengumpulan.
B. PINUS
Tusam atau pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung dalam marga pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries). Tusam kebanyakan bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious).
B.1. Klasifikasi Pinus
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Coniferophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Pinaceae
Genus: Pinus
Spesies: Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Coniferophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Pinaceae
Genus: Pinus
Spesies: Pinus merkusii Jungh.& De Vr
B.2. Penyadapan Getah Pinus
Getah pinus berada pada batang dimana didalam saluran getah yang arahnya vertical ( longitudinal ) maupun horizontal ( radial ). Saluran getah ini terbentuk secara lisigen, sizogen, maupun sizoligen. Beberapa ketentuan pohon pinus yang akan disadap :
a. Diameter limit cupping, diameter pohon pinus yang akan dsadap adalah diatas 15cm.
b. Selective cupping, pohon-pohon yang akan disadap adalah pohon yang waktu mendatang dijarangi atau ditebang yaitu sejak umur 10 tahun samapai pada daur tebangan atau umur penjarangan. Biasanya dilakukan pada perusahan pengelolaan pinus yang menggunakan pinus untuk berbagai kegunaan.
B.2.1. Proses Pengolahan Getah PinusDalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :
1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
2) Pengenceran
3) Pencucian & Penyaringan
4) Pemanasan/pemasakan
5) Pengujian & Pengemasan
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.
Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :
- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran.
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
Proses pemurnian getah terbagi atas :
- pengenceran getah dengan terpentin
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya bias melewati dua tahap, yaitu:
- Dengan pemanasan langsung
- Dengan pemanasan tidak langsung (menggunakan uap)
Dalam perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/kualitas. Faktor utama yang menentukan mutu adalah warna, titik lunak dan kadar kotoran. Untuk terpentin hanya ditentukan satu mutu, yakni :
- warna jernih
- kandungan kotoran
- komposisi Alpha pinene & Betha pinene
- Aroma Khas Terpentin.
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di PGT berupa cairan kental yang bercampur dengan kristal, air, serpihan kayu, daun pinus, kembang pinus dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll). Oleh karenanya Kualitas Getah ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya. Untuk memperoleh Gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Karenanya sangat membantu bila sekiranya getah bisa dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Kalau tidak, maka diperlukan peralatan yang baik dan canggih untuk mendapatkan kembali getah yang berkualita baik.
B.3. Manfaat Getah Pinus
Pohon pinus yang biasa kita lihat didaerah pegunungan ternyata menghasilkan getah yang sangat berguna untuk kita,hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10 H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak,bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya. Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman yang biasa kita beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan sebagai bahan campuran minyak pijat.Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat aromaterapi karena saat dioleskan kekulit akan terasa relaksasinya bila digunakan dengan dosis sesuai aturan. Bisa digunakan juga untuk bahan makanan tapi bukan dalam bentuk getahnya melainkan dari gum rosin yang telah diesterfikasi dengan gliserol dibawah atmosfir nitrogen menjadi gum rosin ester, salah satu bahan tambahan pembuatan permen karet sehingga menjadi kenyal dan lentur. Aman untuk dikonsumsi karena sudah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat jadi Anda tidak perlu khawatir memakan permen karetnya. Gondorukem didapat dari hasil pengolahan getah pinus,bersifat rapuh,bening,mempunyai titik leleh rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air. Manfaat gondorukem adalah :
1. Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam.kebutuhn kira-kira 2.500 ton/thn
2. Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 % dari produksi kertas atau 2.000 ton/thn
3. Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.
4. Pembuatan Vernish,tinta,bahan isolasi listrik,korek api,lem,industry kulit dan lalin-lain.
5. Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin sintetis,plastic,lem,aspal,bahan pliitur,lak sintetis,industry sepatu,galangan kapal,dll.
Untuk minyak terpentin-nya dapat digukana secara langsung dan muurni melalui upaya distilalsi ualng serta melalui pengolahan lanjutan,misalnya untuk pelarut organic,pelarut resin,bahan semir sepatu,logam dan kayu dan bahan kamfer sintetis dll.
C. AGATHIS
Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa Maori disebut kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili konifer purba Araucariaceae. Meskipun dahulunya menyebar luas selama periode Jurasik, sekarang mereka hanya ditemukan di daerah yang lebih kecil di belahan Bumi selatan. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan.
C.1. Klasifikasi Agathis
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Coniferophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Araucariaceae
Genus: Agathis
Spesies: Agathis borneensis Warb
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Coniferophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Araucariaceae
Genus: Agathis
Spesies: Agathis borneensis Warb
C.2. Nama Daerah
Jenis pohon Agathis spp. dengan nama daerah (damar (Indonesia); dayu- ngon (Pilipina); kauri (England);kauri pine (Papua New Guinea); damar minyak (dagang).
C.3. Penyebaran Dan Tempat Tumbuh
Di Indonesia penyebarannya cukup luas yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Beberapa jenis pohon agathis yang terpenting menurut daerah penyebaran alamnya antara lain Agathis alba Warb (Sumatera, Maluku), A. bornensis Warb (Kalimantan), A. becarii Warb (Kalimantan), A. loranthifolia Salisb (Maluku), A. hanii (Sulawesi), A. phillipinensis Warb (Sulawesi) dan A. labillardieri Warb (Papua). Tanaman agathis tumbuh baik pada keadaan/persyratan seperti di bawah ini :
a. Daerah dengan tinggi tempat 300 m sampai ± 1500 m diatas permukaan laut, kecuali A. bornensis dapat tumbuh mulai dari ketinggian tempat 0 – 50 m dpl, A. becarii mulai dari ketinggian tempat 50 m dpl, A. hamii 0 – 900 m dp dan A. alba mulai dari ketinggian 200 m dpl.
b. Tanah relatip subur, sarang dan bersolum dalam kecuali A. boornensis pada tanah berpasir (hutan kerangas).
c. Tipe iklim A dan B menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson dengan curah hujan 3000 – 4000 mm/tahun. Tidak terdapat musim kemarau yang panjang/keras, dengan paling sedikit 30 hari hujan selama 4 bulan yang paling kering.
C.4. Habitus
Tinggi hingga 65 m, diameter banir, cabang besar sering mencuat ke atas, tidak beraturan. Kulit batang abu-abu muda hingga cok- lat kemerahan, mengelupas dalam serpihan besar tipis, berbentuk tidak beraturan, biasanya bopeng karena resin. Kayu gubal keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan, bundar telur, panjang 6 – 8 cm, lebar 2 – 3 cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar. Bunga jantan dan betina berada pada tandan berbeda, pada pohon yang sama (berumah satu). Kerucut betina berbentuk elips hingga bundar berukuran 6 – 8,5 x 5,5 – 6,5 cm; terdiri dari sayap berukuran 30 – 40 x 20 – 25 mm, berbentuk segitiga kasar, batas bagian ujung membulat, sisinya rata, panjang 3 – 4 cm, diameter melintang 10 mm. Tangkai dari kelompok atau sebagian kerucut ja ntan memanjang hingga 4 mm, bersifat permanen atau menyatu dengan dasarnya; diameter melintang microsporophyl berukuran hingga 2 mm, bagian ujung membulat.
C.5 Kegunaan Kayu dan Getah
Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan untuk pertukangan, pulp dan kayu lapis termasuk kelas awet IV dan kelas awet III, berat jenis kayu ± 0,49. Selain itu pohon agathis menghasilkan damar (kopal), kecuali A. phillipinensis. Kopal tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya.
C.6. Kopal
Produksi kopal dihasilkan oleh tanaman Agathis sp., yaitu dengan melakukan pelukaan terhadap kulit pohon Agathis sp., setelah dilakukan pelukaan pada kulit maka kulit tersebut akan mengeluarkan getah yang disebut kopal. Potensi keluarnya getah secara kuantitatif pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pasif yaitu: kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, tinggi tegakan dan diameter tegakan. Keadaan tegakan dengan pohon yang terlalu rapat dan diameter pohon yang kecil mengakibatkan produksi kopal per pohon relatif kecil. Kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam tegakan menyebabkan suhu udara didalam tegakan menjadi relatif rendah, hal ini menyebabkan kopal menjadi cepat mengeras sehingga penetesan menjadi terhambat. Besar kecilnya diameter pohon berpengaruh terhadap banyak sedikitnya luka sadap yang dibuat pada pohon, semakin besar diameter atau keliling pohon, maka semakin banyak luka sadapan yang dibuat dan semakin banyak pula getah yang dihasilkan. Produktivitas sadapan kopal sangat dipengaruhi oleh ketebalan kulit batang tegakan tersebut, yang memiliki ketebalan kulit bervariasi dari yang berkulit tipis (kurang dari 1 cm) sampai tebal (lebih dan sama dengan 1 cm). Perbedaan ketebalan kulit tersebut menunjukkan perbedaan produktivitas sadapan kopal. Pada jenis damar yang berkuli tebal lebih banyak menghasilkan getah daripada jenis damar yang berkulit tipis. Secara fisiologis getah tersimpan dalam saluran vertikal dan saluran radial yang melintang pada pohon. Saluran tersebut dikelilingi oleh jaringan parenkima. Antara saluran getah dan sel¬sel parenkima terjadi suatu keseimbangan osmotik. Apabila timbul pelukaan pada pohon yang menyebabkan saluran getah terbuka, maka tekanan dinding berkurang, keseimbangan osmotik terganggu, sehingga getah mengalir keluar dari saluran mengikuti alur pelukaan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa beberapa aspek ekofisiologis pohon mempengaruhi produksi kopal sehingga strategi untuk meningkatkan produksi kopal harus dilakukan dengan memperhatikan aspek ekofisiologis tersebut, yaitu :
1. Melakukan penanaman sesuai dengan persyaratan tumbuh pada habitat alaminya.
Penanaman Agathis sp. pada lokasi tempat tumbuh yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya akan menghasilkan pertumbuhan pohon Agathis sp yang optimal dengan pertumbuhan pohon yang optimal akan berdampak positif terhadap produksi kopal.
Penanaman Agathis sp. pada lokasi tempat tumbuh yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya akan menghasilkan pertumbuhan pohon Agathis sp yang optimal dengan pertumbuhan pohon yang optimal akan berdampak positif terhadap produksi kopal.
2. Manipulasi jarak tumbuh Manipulasi jarak tumbuh relatif dengan melakukan pengaturan penjarangan. Dengan penjarangan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon seperti kelembaban udara, intensitas cahaya dan suhu mikro akan dipengaruhi. Kondisi ini akan berpengaruh positif terhadap perkembangan diameter pohon dan berkorelasi positif terhadap produksi getah..
3. Arah sadapan Dengan mengatur arah sadapan yang memberikan penyinaran matahari lebih cepat dan dengan intensitas yang lebih banyak maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi getah. Studi yang dilakukan oleh Rochidajat dan Sukawi (1978) menunjukkan bahwa produksi getah dengan arah sadapan ke Timur menunjukkan produksi getah yang paling besar dibandingkan dengan arah sadapan menghadap ke selatan, barat dan utara.
4. Teknik Pelukaan Dengan memperhatikan secara fisiologis dimana getah tersimpan, maka teknik pelukaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi keluarnya getah. Getah yang keluar melalui pelukaan hanya akan keluar dari saluran getah yang berarah longitudinal dari kulit yang terluka.
5. Mengatur jangka waktu pelukaan Dengan mengatur jangka waktu pelukaan, yaitu ada masa jeda pelukaan kemungkinan akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan pohon, dengan adanya masa jeda kemungkinan tumbuhan akan melakukan recovery sehingga pada pelukaan berikutnya akan dihasilkan produksi kopal yang optimal
6. Penggunaan stimulan untuk merangsang keluarnya getah Salah satu stimulan yang dapat merangsang keluarnya getah adalah asam khlorida. Penggunaan asam khlorida dengan berbagai konsentrasi tertentu dapat meningkatkan produksi dan kualitas warna getah.
Mansabbbb
BalasHapus